Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab adalah solatnya. Jika solatnya baik, maka beruntunglah ia, dan jika solatnya rosak, dia sangat rugi” (HR. Nasa-i, Turmudzi, dan dinilai sahih oleh Al Albani).
Semua orang yang memahami hadis ini perlu meyedari, betapa pentingnya nilai solat dalam syariat. Dan untuk mendapatkan nilai sempurna dalam solat, hampir tidak mungkin dilakukan oleh hamba kerana banyaknya kekurangan yang kita lakukan. Sekalipun ini agak mustahil, namun setidaknya kita berusaha perbaiki solat kita mendekati kesempurnaan. Diantara usaha yang bisa kita lakukan adalah menekankan kesilapan yang sering kita lakukan didalam solat
Dua Kesalahan dalam Solat
Dalam solat kita mengenal ada gerakan atau bacaan yang statusnya sebagai rukun solat, wajib solat, dan sunah solat. Karena itu, kesalahan yang dilakukan masyarakat ketika solat, bisa kita kelompokkan menjadi dua :
Pertama, kesalahan yang bisa membatalkan solat. Itulah semua kesalahan yang bisa mengurangi kadar rukun atau wajib solat. Sehingga dia dianggap belum mengerjakan rukun atau wajib solat tersebut.
Kedua, yang tidak sampai membatalkan solat. Kesalahan ini tidak sampai mengurangi kadar rukun atau wajib solat.
Kesalahan yang Sering Terjadi Dalam Solat
Berikut beberapa kesalahan yang sering dilakukan kaum muslimin ketika solat. Sebagian ada yang mengancam keabsahan solatnya dan sebagian tidak sampai membatalkan solat.
[1] Tidak thuma’ninah
Yang dimaksud thuma’ninah adalah posisi tubuh tenang ketika melakukan gerakan rukun tertentu. Ukuran tenangnya adalah mencukupi untuk membaca satu kali do’a dalam rukun tersebut. Misalnya, thuma’ninah ketika ruku’, artinya posisi tubuh tenang setelah ruku’ sempurna. Kemudian baru membaca do’a ruku’, minimal sekali.
Sering kita saksikan, beberapa kaum muslimin tidak thuma’ninah. Mereka ruku’ dan sujud terlalu cepat. Begitu sampai titik ruku’ atau sujud, langsung bangkit. Ada kemungkinan, do’a ruku’ sudah dibaca ketika bergerak ruku’, sebelum ruku’ sempurna. Solat model semacam ini batal karena tidakthuma’ninah.
Suatu ketika ada seseorang yang masuk masjid kemudian solat dua rakaat. Seusai solat, orang ini menghampiri Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu berada di masjid. Namun Nabi menyuruh orang ini untuk mengulangi salatnya. Setelah diulangi, orang ini balik lagi, dan disuruh mengulangi lagi solatnya. Ini berlangsung sampai 3 kali. Kemudian Nabi sollallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepadanya cara solat yang benar. Ternyata masalah utama yang menyebabkan solatnya dinilai batal adalah kerana dia tidak thuma’ninah. Dia bergerak ruku’ dan sujud terlalu cepat. (HR. Bukhari & Muslim).
Hadits ini mejadi dalil bahwa thuma’ninah dalam solat termasuk rukun solat. Untuk menanggulanginya, tahan ketika kita sudah sempurna ruku’, atau sujud, kemudian baru baca do’a ruku’ atau do’a sujud.
[2] Was-was ketika takbiratul ihram
Kesalahan kedua ini banyak dialami oleh mereka yang berkeyakinan harus berbarengan persis antara niat di hati dan ucapan takbiratul ihram. Jika ada sedikit yang mengganggu dalam proses niatnya, dia langsung membatalkan diri dan mengulangi takbiratul ihram.
Perbuatan ini sejatinya telah diperingatkan para ulama. Berikut para ulama yang memberikan peringatan akan hal ini,
1. Ibnul Jauzi mengatakan, “Ada juga orang yang bertakbir kemudian dia batalkan takbirnya, bertakbir lagi, dia batalkan lagi, ketika imam mendekati ruku’, barulah orang yang terjangkiti was-was ini berhasil bertakbir, lalu mengejar ruku’ imam. Sungguh aneh, mengapa dia baru berhasil niat ketika itu! Semua ini terjadi karena tipuan iblis yang menggodanya agar dia kehilangan keutamaan takbiratul ihram bersama imam.” (Talbis Iblis, hlm. 169).
2. Imam Asy Syafi’i mengingatkan, “Was-was ketika niat solat dan bersuci adalah bentuk kebodohan dengan syariat dan kurang akalnya.” (Al Qaulul Mubin fi Akhtha Mushallin, hlm. 93).
Untuk mengobati penyakit ini, yakinkan bahwa anda sudah niat, tidak perlu diulangi, dan baca takbiratul ihram sekali. Inilah yang diajarkan Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam, “Apabila kamu ingin solat, wudhulah dengan sempurna, lalu menghadaplah ke arah kiblat, dan bertakbirlah” (HR. Bukhari). Anda perhatikan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mengajarkan bacaan apapun sebelum solat dan beliau hanya mengajarkan takbir sekali.
[3] Imam salah dalam membaca Al Fatihah
Ketika seseorang merasa tidak bisa baca Al Fatihah dengan baik, seharusnya dia tidak nekat untuk maju menjadi imam. Karena ini mengancam keabsahan solat makmumnya. Imam Syafi’i mengatakan, “Orang yang salah bacaan Al Fatihah-nya yang menyebabkan perubahan makna (pada ayat-red), menurutku solatnya tidak sah, tidak sah pula orang yang solat di belakangnya. Jika salah di selain Al Fatihah, aku membencinya, meskipun tidak wajib mengulangi. Karena jika dia tinggalkan selain Al Fatihah dan hanya membaca Al Fatihah, saya berharap solatnya diterima. Jika solatnya sah maka solat makmum juga sah insya Allah. Jika kesalahannya pada Al Fatihah atau lainnya, namun tidak mengubah makna, solatnya sah, namun saya benci dia jadi imam, apapun keadaannya.” (Al Umm, 1/215)
[4] Sedekap miring
Sebagian orang bersedekap dengan meletakkan kedua tangan tepat di atas jantungnya, atau di atas organ hatinya. Tidak ada satupun yang memberikan dalilnya. Mereka merasa, solat dengan cara itu, hatinya atau jantungnya akan lebih tenang.
Kita semua sepakat, solat yang paling sempurna adalah solatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah mengajarkan bersedekap dengan cara demikian. Artinya, itu bukan metode agar solat kita menjadi khusyu.
Masalah berikutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang solat seperti layaknya orang yang berkacak pinggang. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang solat sambil ikhtishar ” (HR. Bukhari).
Ikhtishar adalah meletakkan satu tangan di atas pinggang atau kedua tangan di atas kedua pinggang. (Sunan Turmudzi keterangan hadits no. 384). Sementara kita memahami, orang yang bersedekap miring, menyebabkan salah satu sikunya keluar jauh dari tubuhnya, layaknya orang yang berkacak pinggang.
[5] Tidak ruku’ atau i’tidal dengan sempurna
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau pernah melihat ada orang yang tidak menyempurnakan ruku’ dan sujud ketika solat. Setelah selesai, ditegur oleh Hudzaifah, “Sudah berapa lama Anda solat semacam ini?” Orang ini menjawab, “40 tahun”. Hudzaifah mengatakan, “Engkau tidak dihitung solat selama 40 tahun (karena solatnya batal-pen)”. Lanjut Hudzaifah, “Jika kamu mati dan model solatmu masih seperti ini, maka engkau mati bukan di atas fitrah (ajaran) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Bukhari)
Hadits ini berbicara tentang orang yang tidak sempurna dalam melakukan gerakan rukun dalam solat. Misalnya, orang yang ruku’, sebelum posisi ruku’ sempurna, dia sudah bangkit. Atau orang yang belum sempurna berdiri i’tidal (tubuh masih condong ke depan), dia sudah sujud.
[6] Tidak menempelkan hidung ketika sujud
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan agar orang yang sujud benar-benar menempelkan hidungnya ke lantai. Beliau bersabda, “Allah tidak menerima solat bagi orang yang tidak menempelkan hidungnya ke tanah, sebagaimana dia menempelkan dahinya ke tanah” (HR. Ibnu Abi Syaibah, ‘Abdurrazzaq, dan dinilai shahih oleh Al Albani). Hadits ini menunjukkan menempelkan hidung ketika sujud hukumnya wajib.
[7] Membuka tangan ketika salam
Salam ke kanan, membuka tangan kanan, salam ke kiri dengan membuka tangan kiri. Kebiasaan ini pernah dilakukan sebagian sahabat di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu, ”Ketika kami solat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mengucapkan ”Assalamu’alaikum wa rahmatullah – Assalamu alaikum wa rahmatullah” sambil berisyarat dengan kedua tangan ke samping masing-masing. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan, ”Mengapa kalian mengangkat tangan kalian, seperti keledai yang suka lari? Kalian cukup letakkan tangan kalian di paha kemudian salam menoleh ke saudaranya yang di samping kanan dan kirinya” (HR. Muslim).
Sumber: konsultasisyariah
loading...
sujud ikut sunnah yg mcm mana ya,sujud diatas sejadah atau diatas tanah?
ReplyDeleteAMAN SHOP || ☑ VITALYTAS ☑ BEAUTY ☑ SEXTOYS
ReplyDelete☑Call/Sms/WhatshApp: 0812 4818 2008
0815 4818 6466
☑Chat BBM: 2B62 F730
http://obat-pria.com
DAFTAR PRODUK:
OBAT PEMBESAR PENIS
» Vimax canada
» KLG
» Vigrx plus usa
» Vacum alat terapi pembesar penis
» Cobra Oil
» Vimax Oil
» Arabian Oil
» Vimax pro extender
OBAT KUAT/ TAHAN LAMA
» Viagra USA 100mg
» Maxman
» Maximum power
» Procomil spray
» Cialis
» Levitra