Tidak bisa dipatahkan, jika baginda Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebaik-baik teladan di muka bumi. Apa pun yang tertuang dalam ucapan dan tindakannya ialah sebenar-benar perkataan dan perbuatan.
Pada dirinya tertancap Al-Qur’an dan pada kesehariannya mengajarkan tuntunan berkehidupan. Ialah tuntunan bagi setiap hamba yang merindu surga. Ialah pedoman bagi siapa pun yang takut pada derita api neraka.
Ada beribu kisah, bahkan lebih dari itu, yang bisa diambil untuk menggambarkan betapa manusia pilihan itu teramat mulia akhlaknya, tertamat indah tutur kata dan perangainya.
Terlampau jauh dari kita yang tiada apa-apanya. Beliau penguasa peradaban, pemimpin umat yang besar, gagah dan tangguh di medan perang. Dilindungi dan dipelihara langsung oleh Sang Pemilik Kehidupan, dijaga oleh para malaikat, diagungkan oleh penduduk bumi dan langit.
Tetapi tidak sedikitpun hati beliau dikotori oleh rasa-rasa kesombongan, keangkuhan. Justeru sebaliknya, salah satu daya tarik bagi musuh-musuh Islam masa itu ialah bagaimana kemuliaan pribadi Rasulullah.
Sungguh benar, jika datangnya beliau ialah sebagai rahmat bagi sekalian alam. Sebab itu, ber-Islam bukan sekadar tampak luar, menjalankan ibadah-ibadah vertikal dan ritual.
Lebih jauh, seorang muslim yang baik mampu menerapkan nilai-nilai ke-Islaman hingga ke cara berperilaku, cara berbudi pekerti yang luhur.
Keagungan Islam tercermin pada hati dan diri manusia, bukan sekadar bagaimana berpenampilan. Sebab itulah, semakin taat seseorang kepada Allah, semakin teduh pula ia membawakan diri di hadapan sesama manusia.
Sebuah kisah dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yang setidaknya mampu sekilas menggambarkan kemuliaan akhlak beliau, di antara bertumpuk kisah-kisah lain yang semakin melengkapi kesempurnaan pribadi beliau.
Saat masa dakwah nabi, tidak sedikit orang-orang Yahudi yang tidak hanya ingkar pada risalah yang disampaikannya, tetapi juga melontarkan hinaan, cacian, bahkan menghardik dengan perbuatan yang diluar batas kesabaran menurut ukuran manusia biasa.
Kisah ini dimulai saat setiap waktu ingin pergi ke masjid, Rasulullah selalu melewati sebuah rumah bertingkat yang dihuni oleh seorang nenek tua. Suatu ketika, saat lewat di depan rumah itu, Rasulullah mendapat si nenek berada di lantai tingkat rumahnya sedang mengerjakan sesuatu.
Tepat berada di depan rumah, rupanya si nenek tua sedang bersiap untuk melempari baginda Nabi dengan kotoran-kotoran yang baru dibersihkannya. Dengan sengaja ia menjatuhkannya tepat di atas kepala Rasulullah.
Tidak heran Rasulullah, memang cukup banyak orang-orang yahudi dan kelompok lain yang tidak suka pada Islam selalu berusaha menjatuhkan kemuliaan akhlak beliau dengan hardikan semacam ini.
Berharap Nabi marah, ternyata justeru dibalas oleh beliau dengan senyuman tulus kepada si nenek tua itu. Belum puas, keesokan harinya bersiap lagi nenek dengan kotoran-kotorannya.
loading...
0 Response to "Dilempari Kotoran Setiap Hari, Begini Balasan Rasulullah Pada yang Melemparinya"
Post a Comment